Rabu, 05 November 2014

MAKALAH LINGUISTIK



PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
            Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah dan tentunya dengan ilmu. Setiap  manusia  membutuhkan  ilmu  dalam  memperoleh  pengetahuan.  Suatu  ilmu  mempunyai  lebih  dari satu  unsur.  Untuk  memperoleh pengetahuan, maka  digunakanlah berfikir  secara ilmiah.  Begitu  pula  dengan  bahasa,  setiap  orang menggunakan  bahasa  untuk alat  komunikasinya  akan   tetapi   tidak  sedikit  yang  mengetahui  pembidangan dalam  ilmu bahasa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah berikut:
A.    Apa yang dimaksud dengan Ilmu?
B.     Apa yang dimaksud dengan berfikir ilmiah?
C.     Apa yang dimaksud dengan unsur-unsur ilmu?
D.    Sebutkan syarat-syarat berfikir ilmiah!
E.     Sebutkan ciri-ciri keilmuan dalam bahasa!
F.      Menjelaskan  pembidangan  dalam  ilmu  bahasa!

C.  Tujuan Penulisan
            Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah adalah sebagai  berikt:
1.      Untuk megetahui pengertian ilmu secara logis
2.      Untuk mengethui yang dimaksud dengan berfikir ilmiah
3.      Untuk mengetahui unsur-unsur ilmu
4.      Unntutk mengetahui syarat-syarat berfikir ilmiah
5.      Untuk mengetahui cirri-ciri keilmuan dalam bahasa
6.      Untuk memahami pembidangan linguistik dalam ilmu bahasa







BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian ilmu secara logis
Definisi ilmu dalam kamus bahasa Indonesia ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu adalah bagian yang esensial atau mendasar yang berasal dari hasil penafsiran dari apa yang telah difikirkan oleh manusia.
      Dalam buku Hendrik yang berjudul Pengantar logika: asas-asas penalaran sistematis ilmu secara logis adalah ilmu pengetahuan tetapi juga sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan untuk berfikir secara lurus, tepat, dan teratur.
     
2.2. Pengertian berfikir ilmiah dan tidak ilmiah

Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956). Perbedaan berfikir ilmiah dan tidak ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar, yakni:
1)      Sumber pengetahuan, berfikir ilmiah menyandarkan pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir tidak ilmiah mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
2)      Ukuran kebenaran, berfikir ilmiah melihat ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir tidak ilmiah melihat kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.

2.3. Unsur-unsur ilmu
1. Ontologi
Ontologi adalah suatu pembahasan tentang hakekat pengetahuan.
2. Epistemologi
Epistemologi adalah suatu pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu pengetahuan.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral suatu pengetahuan.
           
2.4. Syarat-syarat berfikir ilmiah                              
1. logis dengan kata lain harus mengikuti suatu aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu.
 2. analitis, atau melibatkan suatu analisa dengan menggunakan pola fikir (logika) tersebut di atas.
2.5. Ciri-ciri keilmuan dalam bahasa
1)      Komprehensif, ruang lingkupnya luas dan lengkap
2)      Sinoptik, unsurnya memiliki kebersamaan yang integral
3)      Sistematik, terartur
4)      Memiliki objek kajian yang jelas
5)      Relatif, sementara dan terbuka terhadap penemuan baru
6)      Kohoren, unsurnya tidak boleh bertentangan satu sama lain
7)      Sistematis, unsurnya saling berkaitan
8)      Konsepsional, jelas prosesnya
9)      Rasional, unsur-unsurnya berhubungan secara logis
10)  Intersubjektif, pemahamannya dijamin oleh sistemnya itu sendiri
11)  Bersifat empiris, berdasarkan pengalaman, penemuan, pengamatan
12)  Kognitif, mengandung hakikat kebenaran itu sendiri
13)  Mempunyai dasar pembenaran/postulat. cara kerja ilmiah diarahkan untuk smemperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.
14)    Otonom,  mempunyai kedudukan mandiri. Meskipun faktor-faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
15)   Memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal. Ilmu harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktis.
16)  Ilmu harus bersifat tampa pamrih,
17)    Objektif, setiap ilmu terpimpin oleh obyek  dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
18)   Progresiv;  suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
19)   Universal, berlaku umum.
2.6. Cabang-cabang linguistik
A.    Semantik
adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain.
B.     Pragmatik
adalah bidang linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang ujaran pembicara
C.     Leksikologi
Istilah leksikon dalam ilmu linguistik  berarti pembendaharaan kata. Kata itu sendiri sering disebut  leksem.  Adapun cabang ilmu yang mempelajari tentang hal tersebut disebut Leksikologi. Setiap bahasa mempunyai pembendaharaan kata yang cukup besar meliputi puluhan ribu kata, setiap kata mempunyai makna atau arti sendiri sendiri, dan urusan leksikografi  tidak lain adalah pemerian arti masing – masing leksem.

2.7. Linguistik Sinkronis dan Diakroni
      Linguistik Sinkronis mengkaji bahasa dengan berbagai aspek dalam waktu tertentu atau terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa sunda pada tahun tujuh puluhan. Studi linguistik sinkronis juga dapat disebutkan sebagai linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa dengan apa adanya. Linguistik diakronis mempelajari bahasa dengan berbagai aspek pada masa yang tidak terbatas atau sepanjang kehidupan bahasa itu. Kajian ini biasanya bersifat historis dan komparatif. Tujuan utama linguistik diakronis adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu serta perkembangannya.
Bapak Linguistik Perancis, Ferdianand de Saussure (1957-1913) memberikan pengertian yang berbeda. Kata sinkronis (Yunani: syn = dengan, khronos = waktu, massa) dan kata diakronis (Yunani: dia = melalui, khronas = waktu, massa). Linguistik Sinkronis mempelajari bahasa berdasarkan gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang diujarkan oleh pembicara. Studi Linguistik Diakronis mempelajari bahasa dalam fase-fase perkembangan bahasa tersebut dari zaman ke zaman.

2.8. Perbedaan Makrolinguistik dan Mikrolinguistik
      Makrolinguistik bersifat luas karena sifat telaahnya ekternal. Menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor luar. Misalnya pada bidang ekonomi, sejarah. Sedangan Mikrolinguistik sifat telaahnya lebih sempit. Mengkaji bahasa pada struktur internalnya saja dan hanya melihat bahasa sebagai bahasa.

2.9. Perbedaan linguistik terapan dan teoritis
Linguistik terapan adalah ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam linguistik untuk keperluan praktis. Memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Jadi, linguistik hanya sebagai alat. Misalnya, dalam pengajaran bahasa agar perolehan anak lebih meningkat. Dalam linguistik teoritis meneliti bahasa dari segi internalnya karena hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya. Hanya teori belaka. Jadi, tidak melihat bahasa sebagai alat, tetapi melihat bahasa sebagai bahasa.










BAB III
SIMPULAN

3.1. Simpulan

Berdasarkan uraian Bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :
       Bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, ilmu juga adalah bagian yang esensial atau mendasar. Ciri-ciri keilmuannya pun sebagai berikut; Komprehensif, Sinoptik, Sistematik, objek kajian yang jelas, Relatif, Kohoren, Sistematis, Konsepsional,  Rasional, Intersubjektif, Bersifat empiris, Kognitif, Mempunyai dasar pembenaran, dan Otonom.
Untuk membuktikan kebenaran ilmu tersebut maka harus berfikir ilmiah dengan syarat  logis dan analisis. Karena berfikir ilmiah harus dengan bukti yang kuat.
Cabang-cabang Linguistik meliputi:
1.      Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain.
2.      Pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang ujaran pembicara.
3.      LeksokologiAdalah pembedaharaan bahasa.
            Linguistik sinkronis mengkaji bahasa dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan linguistic diakronis mengkaji bahasa dalam sejarah bahasa tersebut. Makrolinguistik mengkaji bahasa dengan factor-faktor luar bahasa itu. Mikrolinguistik mengkaji bahasa dengan struktur internalnya. Linguistik terapan adalaha linguistik yang diterapankan dalam kehidupan masyarakat. Linguistik teoritis adalah linguistik yang hanya membahas teori-teorinya saja.













DAFTAR PUSTAKA


Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Hendrik.jan. 2013. Pengantar logika: asas-asas penalaran sistematis. Jakarta:          Kanisius
Danil,jos parera.1991. Kajian linguistik umum historis komparatif dan tipologi structural. Jakarta: Erlangga
Pateda, Dr. Mansoer.1988. Linguistik (sebuah pengantar.) Bandung: Jakarta
Sophiascientia.wordpress.com/hakikat-berfikir-ilmiah/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar