PENDAHULUAN
Berpikir merupakan ciri utama manusia yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia mengembangkan
berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian.
Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah dan tentunya dengan
ilmu. Setiap manusia
membutuhkan ilmu dalam
memperoleh pengetahuan. Suatu
ilmu mempunyai lebih
dari satu unsur. Untuk
memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah berfikir secara ilmiah. Begitu
pula dengan bahasa,
setiap orang menggunakan bahasa
untuk alat komunikasinya akan
tetapi tidak sedikit
yang mengetahui pembidangan dalam ilmu bahasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah
berikut:
A. Apa yang dimaksud dengan Ilmu?
B. Apa yang dimaksud dengan berfikir
ilmiah?
C. Apa yang dimaksud dengan unsur-unsur
ilmu?
D. Sebutkan syarat-syarat berfikir
ilmiah!
E. Sebutkan
ciri-ciri keilmuan dalam bahasa!
F. Menjelaskan pembidangan
dalam ilmu bahasa!
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah
adalah sebagai berikt:
1. Untuk
megetahui pengertian ilmu secara logis
2. Untuk
mengethui yang dimaksud dengan berfikir ilmiah
3. Untuk
mengetahui unsur-unsur ilmu
4. Unntutk
mengetahui syarat-syarat berfikir ilmiah
5. Untuk
mengetahui cirri-ciri keilmuan dalam bahasa
6. Untuk
memahami pembidangan linguistik dalam ilmu bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
ilmu secara logis
Definisi ilmu dalam kamus bahasa Indonesia ialah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu adalah bagian yang esensial atau mendasar yang berasal
dari hasil penafsiran dari apa yang telah difikirkan oleh manusia.
Dalam buku
Hendrik yang berjudul Pengantar logika: asas-asas
penalaran sistematis ilmu secara logis adalah ilmu pengetahuan tetapi juga
sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilan untuk berfikir secara lurus,
tepat, dan teratur.
2.2. Pengertian berfikir ilmiah dan tidak ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk
akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956). Perbedaan berfikir ilmiah dan tidak ilmiah memiliki
perbedaan dalam dua faktor mendasar, yakni:
1) Sumber pengetahuan, berfikir ilmiah
menyandarkan pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir
tidak ilmiah mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
2) Ukuran kebenaran, berfikir ilmiah melihat
ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan
berfikir tidak ilmiah melihat kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan
semata.
2.3. Unsur-unsur ilmu
1. Ontologi
Ontologi adalah suatu pembahasan tentang hakekat pengetahuan.
2. Epistemologi
Epistemologi adalah suatu pembahasan mengenai metode yang
digunakan untuk mendapatkan suatu pengetahuan.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral suatu
pengetahuan.
2.4. Syarat-syarat berfikir ilmiah
1. logis dengan kata lain harus mengikuti suatu
aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu.
2. analitis,
atau melibatkan suatu analisa dengan menggunakan pola fikir (logika) tersebut
di atas.
2.5. Ciri-ciri keilmuan dalam bahasa
1) Komprehensif, ruang lingkupnya luas dan
lengkap
2) Sinoptik, unsurnya memiliki kebersamaan
yang integral
3) Sistematik, terartur
4) Memiliki objek kajian yang jelas
5) Relatif, sementara dan terbuka terhadap
penemuan baru
6) Kohoren, unsurnya tidak boleh bertentangan
satu sama lain
7) Sistematis, unsurnya saling berkaitan
8) Konsepsional, jelas prosesnya
9) Rasional, unsur-unsurnya berhubungan
secara logis
10) Intersubjektif, pemahamannya dijamin oleh
sistemnya itu sendiri
11) Bersifat empiris, berdasarkan pengalaman,
penemuan, pengamatan
12) Kognitif, mengandung hakikat kebenaran itu
sendiri
13) Mempunyai dasar pembenaran/postulat. cara kerja
ilmiah diarahkan untuk smemperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.
14) Otonom, mempunyai kedudukan mandiri. Meskipun
faktor-faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak
menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
15) Memiliki
hubungan fungsional dan hubungan kausal. Ilmu harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori
dan praktis.
16) Ilmu harus bersifat tampa pamrih,
17) Objektif,
setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan
tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
18) Progresiv; suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah
sungguh-sungguh bila mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan
problem-problem baru lagi.
19) Universal,
berlaku umum.
2.6. Cabang-cabang linguistik
A. Semantik
adalah cabang
linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau
jenis representasi lain.
B. Pragmatik
adalah bidang
linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang ujaran pembicara
C. Leksikologi
Istilah
leksikon dalam ilmu linguistik berarti
pembendaharaan kata. Kata itu sendiri sering disebut leksem.
Adapun cabang ilmu yang mempelajari tentang hal tersebut disebut Leksikologi.
Setiap bahasa mempunyai pembendaharaan kata yang cukup besar meliputi puluhan
ribu kata, setiap kata mempunyai makna atau arti sendiri sendiri, dan urusan
leksikografi tidak lain adalah pemerian
arti masing – masing leksem.
2.7. Linguistik Sinkronis dan Diakroni
Linguistik
Sinkronis mengkaji bahasa dengan berbagai aspek dalam waktu tertentu atau
terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa sunda pada tahun tujuh puluhan. Studi
linguistik sinkronis juga dapat disebutkan sebagai linguistik deskriptif,
karena berupaya mendeskripsikan bahasa dengan apa adanya. Linguistik diakronis mempelajari
bahasa dengan berbagai aspek pada masa yang tidak terbatas atau sepanjang
kehidupan bahasa itu. Kajian ini biasanya bersifat historis dan komparatif.
Tujuan utama linguistik diakronis adalah untuk mengetahui sejarah struktural
bahasa itu serta perkembangannya.
Bapak Linguistik Perancis, Ferdianand de Saussure
(1957-1913) memberikan pengertian yang berbeda. Kata sinkronis (Yunani: syn =
dengan, khronos = waktu, massa) dan kata diakronis (Yunani: dia = melalui,
khronas = waktu, massa). Linguistik Sinkronis mempelajari bahasa berdasarkan
gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang diujarkan oleh pembicara. Studi
Linguistik Diakronis mempelajari bahasa dalam fase-fase perkembangan bahasa
tersebut dari zaman ke zaman.
2.8. Perbedaan Makrolinguistik dan Mikrolinguistik
Makrolinguistik
bersifat luas karena sifat telaahnya ekternal. Menyelidiki bahasa dalam
kaitannya dengan faktor-faktor luar. Misalnya pada bidang ekonomi, sejarah. Sedangan
Mikrolinguistik sifat telaahnya lebih sempit. Mengkaji bahasa pada struktur
internalnya saja dan hanya melihat bahasa sebagai bahasa.
2.9. Perbedaan linguistik terapan dan teoritis
Linguistik
terapan adalah ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam linguistik
untuk keperluan praktis. Memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Jadi,
linguistik hanya sebagai alat. Misalnya, dalam pengajaran bahasa agar perolehan
anak lebih meningkat. Dalam linguistik teoritis meneliti bahasa dari segi
internalnya karena hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek
kajiannya. Hanya teori belaka. Jadi, tidak melihat bahasa sebagai alat, tetapi
melihat bahasa sebagai bahasa.
BAB III
SIMPULAN
3.1. Simpulan
Berdasarkan
uraian Bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut :
Bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, ilmu
juga adalah bagian yang esensial atau mendasar. Ciri-ciri keilmuannya pun
sebagai berikut; Komprehensif, Sinoptik, Sistematik, objek kajian yang
jelas, Relatif, Kohoren, Sistematis, Konsepsional, Rasional, Intersubjektif, Bersifat empiris,
Kognitif, Mempunyai dasar pembenaran, dan Otonom.
Untuk membuktikan kebenaran ilmu tersebut maka
harus berfikir ilmiah dengan syarat
logis dan analisis. Karena berfikir ilmiah harus dengan bukti yang kuat.
Cabang-cabang Linguistik meliputi:
1. Semantik
adalah cabang linguistik yang mempelajari makna yang terkandung pada suatu
bahasa, kode, atau jenis representasi lain.
2. Pragmatik
adalah bidang linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang ujaran
pembicara.
3. LeksokologiAdalah
pembedaharaan bahasa.
Linguistik
sinkronis mengkaji bahasa dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan linguistic
diakronis mengkaji bahasa dalam sejarah bahasa tersebut. Makrolinguistik
mengkaji bahasa dengan factor-faktor luar bahasa itu. Mikrolinguistik mengkaji
bahasa dengan struktur internalnya. Linguistik terapan adalaha linguistik yang
diterapankan dalam kehidupan masyarakat. Linguistik teoritis adalah linguistik
yang hanya membahas teori-teorinya saja.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Hendrik.jan. 2013. Pengantar logika: asas-asas penalaran sistematis. Jakarta: Kanisius
Danil,jos parera.1991. Kajian linguistik umum historis komparatif dan tipologi structural.
Jakarta: Erlangga
Pateda, Dr. Mansoer.1988. Linguistik (sebuah pengantar.) Bandung: Jakarta
Sophiascientia.wordpress.com/hakikat-berfikir-ilmiah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar