PENDAHULUAN
Dewasa ini, penyebaran infomasi tidak hanya
melalui lisan saja melainkan dari berbagai media cetak dapat kita peroleh. Oleh
karena itu untuk cakap dalam membaca sangatlah penting karena tanpa memiliki
kemampuan membaca akan sulit untuk memperoleh berbagai informasi. Belajar
membaca adalah salah satu dasar utama dalam bahasa. Hal ini diharapkan dengan
membaca sastra dapat menumbuhkan minat baca dan mampu mengembangkan kemampuan
berbahasa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas, penulis merumuskan
rumusan masalah berikut:
A. Apa yang dimaksud dengan membaca sastra?
B. Sebutkan norma-norma karya sastra!
C. Jelaskan perbedaan bahasa ilmiah dan
bahasa sastra!
D. Apa yang dimaksud dengan gaya bahasa?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah
adalah sebagai berikt:
1. Untuk
megetahui pengertian membaca sastra
2. Untuk
mengetahui norma-norma
3. Untuk
mengetahui perbedaan bahasa ilmiah
dan bahasa sastra
4. Untuk mengetahui maksud dari gaya bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Membaca Sastra
Menurut Tarigan
suatu karya sastra dapat dikatakan indah apabila baik dari segi bentuknya
maupun dari segi isinya terdapat keserasian,keharmonisan yang satu dengan yang
lainnya. Apabila seseorang dapat mengerti seluk-beluk bahasa dalam suatu karya
sastra maka semakin mudah dia
memahami isinya serta menikmati keindahannya.
2.2. Norma-norma Membaca Sastra
Agar suatu karya tersubut dapat dikatakan indah maka diperlukan norma-norma
yang harus dipatuhi. Norma-norma tersebut sebagai berikut:
1)
Norma-norma estetis
Apresiasi
terhadap suatu karya sastra bukan saja sikap intelek manusia saja tetapi juga
spirit serta emosi diri sendiri atau norma-norma tersebut dapat membantu kita
dalam menentukan kualitas-kualitas yang membuatnya menjadi suatu karya sastra
yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian.
Suatu karya
sastra dikatakan dapat memenuhi tuntutan estetis kalau karya sastra itu:
a). Karya itu dapat menghidupkan ilmu
pengetahuan kita.
b). Karya itu dapat membuat kita dapat
hidup lebih lama dan kaya akan pengetahuan.
c). Karya itu membaca kita untuk lebih
akrab dengan kebudayaan.
2)
Norma-norma sastra
Karya-karya kreatif
agung dunia mengandung kualitas tertentu. Suatu karya kreatif dapat dianggap
dan diakui sebagai suatu karya seni kalau:
a). Karya itu membuat kita merealisasi
beberapa kebenaran mengenai dunia sekitar kita.
b). Karya itu bebas dan tidak terikat pada waktu dan tempat.
c). Karya itu memberikan sumbangan pada kenikmatan kita.
d). Karya itu merupakan suatu yang indah.
3)
Norma-norma moral
Suatu karya menampilkan
tokoh yang bermoral sangat menusuk hati dan menyerang kesopanan manusia yang
normal, maka karya itu tidak berhak masuk pada pandangan dan fisik kita.
4)
Norma-norma kritis
Norma ini merupakan norma yang digunakan untuk membuktikan bahwa karya
sastra itu mempunyai norma atau standar-standar tertentu yang dapat digunakan
untuk menyaksikan bahwa ide-ide yang digunakan dalam karya sastra itu bukanlah
ide yang merugikan.
.
2.3. Bahasa ilmiah dan Bahasa Sastra
Perbedaan
antara bahasa ilmiah dengan bahasa sastra adalah:
Bahasa
ilmiah
Bahasa
yang pada umunya bersifat denotatif, biasanya digunakan untuk laporan-laporan
penelitian, dalam bidang kimia dan fisika , karena itu merupakan fakta,
bukan perasaan.
Bahasa
sastra
Bahasa
yang pada umumnya bersifat konotatif , biasanya terdapat pada cerpen, puisi dan
pidato karena tulisan-tulisan seperti itu biasanya mengharapkan hal-hal yang berhubungan
dengan emosi.
2.4.
Gaya Bahasa
Gaya
bahasa yang terdapat dalam suatu karya sastra mencakup tiga hal yaitu:
1).
Gaya bahasa yang sama-sama membuat komperasi atau pertandingan tetapi dengan
cara berbeda.
a). Jenis gaya bahasa yang
pertandingannya paling singkat, padat dan tersusun rapi.
Contoh:
Jinak-jinak merpati
Memburu untung
Ditimpa celaka
Gaya bahasa kesamaan adalah suatu komperasi antara dua hal yang pada dasarnya
tidak sama, mungkin saja secara menyolok sama dalam beberapa hal, yang
menjelaskan maksud utama penulis.
Contoh:
Pendiam
Mereka terlihat bak batu
negeri yang tandus
Pendek
Para gembala sadeni adalah
orang-orang yang asli
2).
Hubungan
Sinekdone dan metonomia merupakan gaya bahasa yang saling berhubungan.
Sinekdone memberi nama pada suatu bagian apabila yang dimaksud adalah
keseluruhan. Metonomia adalah keseluruhan pengganti sebagian.
Contoh:
Berjuta-juta
Tangan-tangan
ABRI
3).
Pernyataan
Pernyataan mencakup tiga
bagian:
a). Pernyataan yang berlebihan (hiperbola)
Gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan dengan maksud memberikan
penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan
kesan dan pengaruh.
b). Di kecilkan (litotes)
Gaya bahasa yang mengandung pertanyaan yang dikecilkan, dikarangkan dari
pernyataan sebenarnya.
Contoh:
H.B. jasin bukan kritikus
jalanan
Mohamed Ali bukanlah petinju
yang jelek
c). Ironi
gaya Bahasa yang mengaplikasikan sesuatu yang berbeda bahkan ada yang
bertentangan dari hal yang sebenarnya.
BAB III
SIMPULAN
3.1. Simpulan
Dari penjelasan dan uraian diatas maka dapat
disumpulkan bahwa:
Membaca akan menarik apabila rangkaian kata dalam
sebuah buku itu indah. dapat dikatakan suatu karya sastra yang indah pun harus
mengikuti norma-norma yang ada, yaitu:
- Norma Estetis
- Norma Sastra
- Norma Moral
- Norma Kritis
Dalam sebuah buku pun yang menarik
perhatian adalah dari segi bahasanya. Ada bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
Bahasa ilmiah lebih bersifat denotatif sedangkan bahasa sastra bersifat
konotatif.
Dengan adanya pengenalan serta pemahaman
sejumlah gaya bahasa, kita akan lebih mantap lagi menikmati keindahan gaya
sastra tersebut. Hal-hal yang termasuk kedalamnya antara lain:
a) Perbandingan, yang mencakup metafora,
kesamaan, dari analogi;
b) Hubungan, yang mencakup metoninia, dan
sinekdoke;
c) Pernyataan, yang mencakup hiperbola,
lilotes dan ironi;
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan; Henry Guntur 1979 : Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar