Judul buku :
Pertama Kalinya
Penulis :
Sitta Karina dan penulis-penulis lainnya
Penerbit :
PT Gramedia pustaka utama
Tebal buku :
184 halaman
Judul cerpen :
Aku dan Mental Bersyukur
Penulis :
Natalia Galing
Cerpen
ini berkisahkan tentang seorang anak yang bernama Vanya. Ia selalu meminta izin
kepada ayahnya untuk membawa mobil ke kampus, tetapi ayahnya tidak pernah
mengizinkannya. “pokoknya ayah belum mengizinkan kamu membawa mobil ke kampus,”
kata Ayah. “kenapa?” tanyaku. Ayah melirikku tajam. “waktu ayah seumuran kamu,
ayah jalan kaki ke kampu…” Vanya sangat bosan mendengar cerita ayahnya yang
selalu ia dengar. Ia juga bosan dengan petuah-petuah yang selalu mengiringi
kisah masa muda ayahnya.
Vanya
sudah tidak ingin lagi naik bus kota. Karena dia sudah tidak kuat, duduk
bersebelahan dengan bapak-bapak yang dekil, dengan perokok yang membuat bajunya
bau asap rokok. Dan bukan hanya itu, Vanya malu menaiki bus kota karena
terlihat seperti orang miskin. Ayah melotot. “pokoknya tidak ada alasan lagi.
Ayah tetap tidak izinkan kamu bawa mobil.” “tapi kenapa, yah?” “mental kamu
perlu diubah.” Mental apa lagi yang harus vanya ubah? Vanya benar-benar tidak
mengerti dengan pemikiran ayahnya.
Vanya
tahu kalau dulu kehidupan ayahnya sebelum menikah sangat sulit. Tapi sekarang
beda! Ayahnya sudah mapan, sedangankan Vanya sebagai anak tunggal belum boleh
juga membawa mobil. Dengan berat hati ia pergi ke sekolah hari ini denganbus
kota yan sesak. Ia memilih tempat duduk
di sebelah seorang perempuan seusianya yang penampilannya kucel. Baru saja ia
duduk, asap rokok sudah mulai bertebaran. Ternya om-om di belakang yang
menikmati rokok itu dengan satai tanpa memikirkan orang sekitarnya. Perempuan
di sebelahnya tertidur pulas. Vanya kaget, bagaimana perempuan itu bisa tidur
dengan keramain bus kota yang seperti pasar ini?
Tak
lama setelah itu ada bapak-bapak pedagang tahu Sumedang naik ke dalam bus kota
yang sesak ini. Yang menawarkan tahunya dengan suara sesak dan muka yang lesu.
Tapi aku tak berminat untuk membeli tau itu. Ia pun menarwarkannya kepada
penumpang yang lain, tetapi tak satu pun yang membelinya. Saat itu lah Vanya
tersentuh, bertanya banyak hal tentang nasib bapak pedagang tahu.
Bus
berhenti. Tiga anak kecil menaiki busnya. Vanya kira mereka akan mengamen di
bus, tetapi tidak. Mereka diam di pinggir pintu bus. Supir bus pun menyuruh
mereka masuk. Duduklah mereka di depan kursiku. Mengeluarkan bungkus permen
bekas yang berisi uang dan menghitungnya. Vanya mulai tersadar, mungkin inilah
maksud ayahnya bahwa Vanya harus merubah mentalnya yang sombong dan selalu mengeluh. Banyak hal yang tidak ia
syukuri. Vanya pun sadar bahwa ayahnya benar, ada mental yang harus ia ubah dalam
dirinya. Dan beliau berhasil menunjukkannya lewat cara yang sama sekali tidak
terduga.
A. Tema
Cerpen ini bertemakan tentang arti
kehidupan
B. Penokohan
1. Vanya
Vanya
adalah anak yang sombong dan ska mengeluh tetapi ia juga anak yang dermawan dan
menyayangi orang tuanya.
2. Ayah
Ayah
orang yang tegas dan mengajarkan anaknya dengan baik
Ayah
melotot. “pokoknya tidak ada alasan lagi. Ayah tetap tidak izinkan kamu bawa
mobil.”
3. Ibu
Ibu
adalah seorang yang pendiam
“elekku
sambil menoleh padi ibu yang sedari tadi diam saja.”
C. Alur
Alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur
maju.
D. Latar
1. Latar
tempat
a. Bus
kota
b. Kamar
“aku
memalingkan muka dengan sebal lalu pergi
ke kamar.”
c. Ruang
rekreasi
“ayah
sedang membaca Koran di ruang rekreasi.”
E. Sudut
pandang
Sudut pandang pada cerpen ini
adalah orang pertama sebagai pelaku utama. Seperti:
“ayah melirikku tajam. “waktu ayah
seusiamu ayah jalan kaki ke kampus…”
“ayaaah…” rengekku setengah memaksa
F. Gaya
bahasa
G. Amanat
Amanat yang terdapat
dalam cerpen ini adalah kita harus mensyukuri hidup bahwa tidak semua orang
bisa seberuntung kita. Dan apapun yang terjadi kita harus semangat.
“terima kasih tuhan
sampai saat ini aku masih bisa merasakan kehidupan yang berkecukupan. Dan
tolonglah tiga anak dan bapak itu supaya mereka tetap bisa menjalani hidup
dengan semangat.
-SEMOGA BERMANFAAT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar