Jumat, 22 Mei 2015

ANALISIS CERPEN AKU DAN MENTAL BERSYUKUR



Judul buku      : Pertama Kalinya
Penulis             : Sitta Karina dan penulis-penulis lainnya
Penerbit           : PT Gramedia pustaka utama
Tebal buku      : 184 halaman
Judul cerpen    : Aku dan Mental Bersyukur
Penulis             : Natalia Galing

            Cerpen ini berkisahkan tentang seorang anak yang bernama Vanya. Ia selalu meminta izin kepada ayahnya untuk membawa mobil ke kampus, tetapi ayahnya tidak pernah mengizinkannya. “pokoknya ayah belum mengizinkan kamu membawa mobil ke kampus,” kata Ayah. “kenapa?” tanyaku. Ayah melirikku tajam. “waktu ayah seumuran kamu, ayah jalan kaki ke kampu…” Vanya sangat bosan mendengar cerita ayahnya yang selalu ia dengar. Ia juga bosan dengan petuah-petuah yang selalu mengiringi kisah masa muda ayahnya.
            Vanya sudah tidak ingin lagi naik bus kota. Karena dia sudah tidak kuat, duduk bersebelahan dengan bapak-bapak yang dekil, dengan perokok yang membuat bajunya bau asap rokok. Dan bukan hanya itu, Vanya malu menaiki bus kota karena terlihat seperti orang miskin. Ayah melotot. “pokoknya tidak ada alasan lagi. Ayah tetap tidak izinkan kamu bawa mobil.” “tapi kenapa, yah?” “mental kamu perlu diubah.” Mental apa lagi yang harus vanya ubah? Vanya benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran ayahnya.
            Vanya tahu kalau dulu kehidupan ayahnya sebelum menikah sangat sulit. Tapi sekarang beda! Ayahnya sudah mapan, sedangankan Vanya sebagai anak tunggal belum boleh juga membawa mobil. Dengan berat hati ia pergi ke sekolah hari ini denganbus kota yan sesak.  Ia memilih tempat duduk di sebelah seorang perempuan seusianya yang penampilannya kucel. Baru saja ia duduk, asap rokok sudah mulai bertebaran. Ternya om-om di belakang yang menikmati rokok itu dengan satai tanpa memikirkan orang sekitarnya. Perempuan di sebelahnya tertidur pulas. Vanya kaget, bagaimana perempuan itu bisa tidur dengan keramain bus kota yang seperti pasar ini?
            Tak lama setelah itu ada bapak-bapak pedagang tahu Sumedang naik ke dalam bus kota yang sesak ini. Yang menawarkan tahunya dengan suara sesak dan muka yang lesu. Tapi aku tak berminat untuk membeli tau itu. Ia pun menarwarkannya kepada penumpang yang lain, tetapi tak satu pun yang membelinya. Saat itu lah Vanya tersentuh, bertanya banyak hal tentang nasib bapak pedagang tahu.
            Bus berhenti. Tiga anak kecil menaiki busnya. Vanya kira mereka akan mengamen di bus, tetapi tidak. Mereka diam di pinggir pintu bus. Supir bus pun menyuruh mereka masuk. Duduklah mereka di depan kursiku. Mengeluarkan bungkus permen bekas yang berisi uang dan menghitungnya. Vanya mulai tersadar, mungkin inilah maksud ayahnya bahwa Vanya harus merubah mentalnya yang sombong  dan selalu mengeluh. Banyak hal yang tidak ia syukuri. Vanya pun sadar bahwa ayahnya benar, ada mental yang harus ia ubah dalam dirinya. Dan beliau berhasil menunjukkannya lewat cara yang sama sekali tidak terduga.
A.    Tema
Cerpen ini bertemakan tentang arti kehidupan
B.     Penokohan
1.      Vanya
Vanya adalah anak yang sombong dan ska mengeluh tetapi ia juga anak yang dermawan dan menyayangi orang tuanya.
2.      Ayah
Ayah orang yang tegas dan mengajarkan anaknya dengan baik
Ayah melotot. “pokoknya tidak ada alasan lagi. Ayah tetap tidak izinkan kamu bawa mobil.”
3.      Ibu
Ibu adalah seorang yang pendiam
“elekku sambil menoleh padi ibu yang sedari tadi diam saja.”
C.     Alur
Alur  yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur maju.
D.    Latar
1.      Latar tempat
a.       Bus kota
b.      Kamar
“aku memalingkan muka dengan sebal  lalu pergi ke kamar.”
c.       Ruang rekreasi
“ayah sedang membaca Koran di ruang rekreasi.”
E.     Sudut pandang
Sudut pandang pada cerpen ini adalah orang pertama sebagai pelaku utama. Seperti:
“ayah melirikku tajam. “waktu ayah seusiamu ayah jalan kaki ke kampus…”
“ayaaah…” rengekku setengah memaksa
F.      Gaya bahasa

G.    Amanat
Amanat yang terdapat dalam cerpen ini adalah kita harus mensyukuri hidup bahwa tidak semua orang bisa seberuntung kita. Dan apapun yang terjadi kita harus semangat.
“terima kasih tuhan sampai saat ini aku masih bisa merasakan kehidupan yang berkecukupan. Dan tolonglah tiga anak dan bapak itu supaya mereka tetap bisa menjalani hidup dengan semangat.

-SEMOGA BERMANFAAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar